Melangkah Bersama: Kolaborasi Stakeholder & Mitra Program untuk Ketahanan Transpuan DIY

Dalam memperkuat ketahanan transpuan, kolaborasi antara stakeholder pemerintahan, mitra program, dan komunitas merupakan hal yang sangat penting. Ketahanan transpuan tidak bisa dicapai secara efektif jika hanya dilakukan secara terpisah atau terfragmentasi. Melalui kerjasama dan kolaborasi yang erat antara semua pihak terkait, langkah-langkah konkret dapat diambil. Tentunya menciptakan perubahan yang signifikan dan berkelanjutan dalam kehidupan transpuan.

Untuk tercapainya Visi dan Misi yaitu pemberdayaan Transpuan, ODHIV & Lansia, Yayasan Kebaya berperan aktif dalam menginisiasi dan mempromosikan dialog yang konstruktif. Pada tanggal 13 Juli 2023 – Hotel Tara Yogyakarta di jl. Magelang St No.129, Kricak, Tegalrejo, Yogyakarta menjadi saksi dari acara Diskusi Publik Koordinasi Stakeholder dan Mitra Program Ketahanan Transpuan DIY. Dselenggarakan oleh Yayasan KebayaBrot für die Welt ( BfdW ). Acara ini berlangsung dari pukul 10.00 hingga 15.00 WIB, dan dihadiri oleh berbagai narasumber, koordinator, dan mitra program. Mereka semua yang berdedikasi dalam memperkuat ketahanan transpuan di wilayah DIY.

Dalam event ini, terdapat dua poin penting komitmen Yayasan dalam mendukung program-program BFDW. Yaitu advokasi hak dasar (basic rights advocacy) dan pemberdayaan ekonomi (economic empowerment). Kedua poin ini memiliki peran yang krusial dalam memperkuat ketahanan transpuan. Dan juga memberikan kesempatan bagi mereka untuk hidup secara merdeka dan berdaya.

Acara dimulai dengan pementasan seni tari yang mengagumkan dari komunitas transpuan. Mereka tidak hanya menunjukkan bakat artistik mereka, tetapi juga menghadirkan semangat kebersamaan dalam memeriahkan acara ini. Setelah itu, lagu “Indonesia Raya” dan lagu ” Bagimu Negeri” berkumandang, dan suasana semakin hidmat ketika Vinolia Wakijo, Direktur Yayasan Kebaya, memberikan sambutannya yang penuh inspirasi dan harapan.

Ana Marsianna, Founder of INSPIRE NGO dan konsultan mitra BfdW, tampil pertama sebagai keynote speaker. Dalam pengantarnya, Ana membahas tantangan dan peluang dalam memperkuat ketahanan transpuan di DIY. Dengan pengalaman dan pengetahuannya, Ana memberikan wawasan yang berharga tentang langkah-langkah konkret yang dapat diambil untuk meningkatkan kehidupan dan hak-hak transpuan.

Dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh Dyah Ayu Listyarini, SIP.MSI dari Dinas Tenaga Kerja DIY. Membahas peran penting pemerintah dalam memberikan akses dan peluang kerja yang adil bagi transpuan. Materi selanjutnya disampaikan oleh Bpk. Gunawan Budi Susanto, Ssos, MH perwakilan Dinsos Bantul. Beliau menjelaskan berbagai program dan bantuan sosial yang telah dilakukan oleh pemerintah setempat untuk mendukung kesejahteraan transpuan.

Hadir juga dr. Yanri Soebronto PhD, SPPD, KPTI FINASIM, sebagai penanggap. Beliau memberikan perspektifnya tentang isu-isu yang dihadapi oleh transpuan di masyarakat. Dengan memberikan sudut pandang yang akademis dan praktis. Dr. Yanri memperkaya diskusi dengan pemahaman mendalam tentang perubahan sosial yang diperlukan untuk menciptakan inklusi yang lebih besar bagi transpuan.

Pada sekitar pukul 12 siang diskusi istirahat untuk makan siang bersama. Hal ini memberikan kesempatan kepada para peserta untuk bersantap sambil berinteraksi dan menikmati hiburan nyanyian oleh panitia. Penampilan Arum, Mbak YS, dan Mbak Ayu, berhasil menciptakan atmosfer yang ceria dan membangkitkan semangat. Membawa peserta dalam perjalanan musikal yang menggetarkan hati dan menghibur jiwa. Suara-suara mereka memperkuat koneksi antara para hadirin dan menghadirkan momen yang tak terlupakan dalam acara ini.

Setelah istirahat makan siang, acara dilanjutkan dengan penyampaian materi dari Dinas Pencatatan Sipil (Dukcapil) Sleman. Narasumber membahas pentingnya pengakuan identitas transpuan dalam administrasi pemerintahan dan perjuangan hak-hak yang masih harus dilakukan. Diskusi yang dilakukan dalam sesi ini, membuka wawasan dan pemahaman baru bagi peserta. Mengenal tantangan hukum dan administratif yang dihadapi oleh transpuan. Materi selanjutnya disampaikan oleh Rully Mallay, Project Manager Yayasan Kebaya dan aktivis Laurensia Ana Yuliastanti.

Dalam presentasinya Rully Mallay, membawakan ringkasan yang komprehensif tentang proyek-proyek yang sedang dan sudah dilakukan oleh yayasan. Program-program untuk meningkatkan kualitas hidup komunitas waria. Bunda Rully juga kembali menyampaikan visi dan misi yayasan dalam memperkuat ketahanan transpuan. Beliau menjelaskan bahwa yayasan fokus pada pendekatan yang holistik, mencakup aspek kesehatan, pendidikan, keterampilan, dan pemberdayaan ekonomi.

Selain itu, Rully juga memaparkan tentang program dukungan sosial yang diselenggarakan oleh yayasan. Ini meliputi layanan konseling, pendampingan, dan jaringan sosial untuk memastikan bahwa komunitas transpuan dan ODHIV baik di dalam dan diluar Rumah Singgah ( Shelter Kebaya), memiliki dukungan yang diperlukan dalam menghadapi tantangan sehari-hari.

Narasumber terakhir aktivis Laurensia Ana, memberikan narasi yang kuat tentang perjuangan dan pengalaman komunitas transpuan serta tantangan yang dihadapi dalam memperkuat ketahanan mereka. Dengan berbagi pengalaman pribadi sebagai seorang aktivis yang berjuang untuk hak-hak transpuan. Dalam penutup presentasinya, beliau menggambarkan tantangan yang dihadapinya, termasuk stigma, diskriminasi, dan kekerasan yang sering dialami oleh komunitas transpuan. Hal ini menunjukkan kekuatan, keberanian, dan ketabahan yang ada dalam komunitas transpuan.

Momentum yang istimewa terjadi diakhir disksusi adalah penyerahan plakat kenang-kenangan kepada para narasumber, keynote speaker, dan moderator sebagai bentuk penghargaan atas kontribusi mereka. Selain itu, juga dilakukan penyerahan hadiah doorprize kepada beberapa peserta yang beruntung. Dan momen foto bersama yang menjadi penutup acara, para peserta mengabadikan momen ini sebagai simbol persatuan dan semangat perjuangan yang tak kenal lelah. Dengan tekad yang lebih kuat untuk melanjutkan perjuangan dan membangun masa depan yang lebih inklusif bagi transpuan di DIY.

Dalam rangkaian diskusi publik ini, terdapat sebuah pameran menarik yang menampilkan UMKM Penerima Manfaat Project BfdW ” Economic Empowerment”. Aneka produk khusus dari bidang kuliner, kesehatan, dan kreasi fashion yang mengusung sentuhan khas dari kain sibori dan ecoprint. Pameran ini diikuti oleh sepuluh UMKM individu yang berbakat dan UMKM KUBE Transpuan. Keikutsertaan mereka dalam pameran ini menjadi bukti nyata dari keberagaman dan inklusi yang diperjuangkan dalam memperkuat ketahanan transpuan. Dengan adanya pameran ini, memberikan kesempatan peserta untuk menjelajahi dan mengapresiasi. Menikmati produk unik yang dihasilkan oleh UMKM dengan keahlian dan kreativitas mereka.

Di area pameran, terdapat meja-meja yang dipenuhi dengan hidangan lezat jajanan dari UMKM kuliner. Para peserta dapat mencicipi berbagai makanan tradisional maupun inovatif yang diolah dengan keahlian dan bahan-bahan berkualitas. Mulai dari makanan ringan, makanan tradisional, hingga produk kesehatan dan minuman sehat berbasis lidah buaya ( aloevera ). Setiap hidangan memberikan keunikan dan cita rasa yang menggugah selera.

Kehadiran UMKM dalam acara ini juga memiliki makna yang mendalam. Ini menunjukkan dukungan nyata bagi transpuan dalam mengembangkan potensi ekonomi, dan mendorong inklusi ekonomi. Juga menciptakan lingkungan yang lebih adil dan berkelanjutan.

Diskusi Publik Koordinasi Stakeholder dan Mitra Program Ketahanan Transpuan DIY ini menjadi momentum penting. Membangun kolaborasi yang lebih solid antara stakeholder, mitra program, dan komunitas transpuan. Melalui forum ini, ide dan gagasan telah terbagi. Langkah-langkah nyata untuk meningkatkan akses, kesetaraan, dan keadilan bagi transpuan dapat segera diwujudkan.

Stakeholder pemerintahan Dinas Tenaga Kerja, Dinas Sosial, dan Dinas Pencatatan Sipil (Dukcapil), memiliki peran penting. Peran mereka memastikan akses dan kesetaraan bagi transpuan. Dinas Tenaga Kerja dapat membantu menciptakan peluang kerja yang adil dan mengurangi diskriminasi di tempat kerja, dan menyediakan pelatihan keterampilan. Dinas Sosial menyediakan program dan bantuan sosial yang mendukung kesejahteraan transpuan. Sementara Dukcapil memiliki peran dalam pengakuan identitas transpuan dalam administrasi pemerintahan.

Mitra program, seperti yayasan, komunitas atau lembaga non-pemerintah, juga memiliki kontribusi yang sangat berarti. Mereka dapat berperan sebagai penggerak inisiatif, melakukan riset dan advokasi. Juga menyediakan program-program yang menguatkan kapasitas dan meningkatkan kualitas hidup transpuan. Mitra program dapat bekerja sama dengan dinas pemerintahan untuk mengimplementasikan proyek-proyek yang membantu memperkuat ketahanan transpuan.

Dengan dukungan dan kerjasama yang berkelanjutan, diharapkan bahwa diskusi ini hanya menjadi awal dari banyak peristiwa penting di masa depan. Yang akan mendorong kesetaraan, keadilan, dan kesejahteraan bagi komunitas transpuan. Semangat kolaborasi yang tercipta pada acara ini harus terus dijaga dan diperkuat. Karena hanya dengan bersama-sama kita dapat mencapai perubahan yang berarti dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua orang.

Apresiasi yang tinggi patut diberikan kepada seluruh pengurus dan tim staf Yayasan Kebaya. Mereka telah bekerja keras untuk memastikan keberhasilan acara ini. Good job untuk Rachmono (Pram), konseptor acara ini, yang telah berhasil merancang konsep acara yang menarik, informatif, dan menginspirasi. Selain itu, apresiasi juga patut diberikan kepada Daniel, yang bertanggung jawab atas dokumentasi acara ini.

Bagikan post ini :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *