Setelah buku sebelumnya yang berjudul Santri Waria (Yogyakarta: Diva Press, 2020), penulis Masthuriyah Sa’dan kembali berhasil merampungkan buku Solidaritas Waria Yogyakarta cetakan pertama Juni 2021, yang menyajikan kisah tentang solidaritas, persahabatan dan kemanusiaan, tanpa memandang gender maupun profesi yang dilakoni.
Dalam buku ini, Masthuriyah juga mencantumkan cerita dan foto-foto kegiatan yang dilakukan oleh teman waria Kebaya. Seperti memasak di dapur umum di mana hasil masakannya dibagikan kepada keluarga pemulung, atau foto-foto mereka saat membagikan sembako. Ini adalah bukti jika mereka memiliki nilai kebaikan yang selama ini tak dipandang masyarakat. Alih-alih dihargai, justru mereka dicaci.
Sungguh, penulis begitu lihai mengaduk-aduk emosi tatkala menyodorkan kisah tentang teman-teman waria di selter KEBAYA. Sebutlah Wance. pemuda dengan HIV yang merasa tidak dirangkul oleh keluarga akhirnya memutuskan pergi. Ia tiba di selter KEBAYA dalam kondisi lemas sebab obat ARV telah habis selama perjalanan. Ia pun dibawa ke rumah sakit untuk cek kesehatan.

- Judul : Solidaritas Waria Yogyakarta
- Penulis : Masthuriyah Sa’dan
- Tebal buku : 262 halaman + xxxii
- Penerbit ; Gading Publishing
- Cetakan : Pertama Juni 2021
Selama di KEBAYA, Wance mengalami perubahan drastis. Selain disupport sesama teman ODHA, ia juga didampingi psikolog. Ia juga rutin diingatkan sesama ODHA akan jadwal minum obat yang tak boleh telat. Di sana, Wance merasa KEBAYA menjadi rumah aman sehingga ia merasa menjadi ODHA bukanlah akhir dari segalanya.
Kisah lain yang dialami Gabby, waria muda yang berasal dari keluarga broken home. Ia dinyatakan positif HIV pada usia 18 tahun. Selama tinggal di selter KEBAYA, berulang kali Gabby masuk rumah sakit. Kadangkala ia kontrol, kadang pula rawat inap. Apalagi Gabby juga menderita gagal ginjal. Ia kerap sakit-sakitan. Namun, takdir telah menulis garisnya sendiri. Gabby wafat di usia 33 tahun pada tanggal 26 Desember 2020.
Pihak KEBAYA mencoba menawarkan kepada keluarga, apakah jenazah Gabby akan dibawa ke kampung halaman atau tidak. Pihak keluarga menolak dengan alasan tidak adanya biaya ambulans dari Yogyakarta ke Bogor. Oleh karena itu, biaya pemakaman ditanggung KEBAYA menggunakan uang yayasan, sementara biaya perawatan ditanggung BPJS.
Tentu KEBAYA bukan sekadar ODHA saja. Ada Novi, seorang volunteer yang memiliki jiwa kemanusiaan tinggi. Ia kerap menemani pasien ODHA yang sakit. Bahkan pada akhir 2020, ia tidak bisa libur sebab banyak waria lansia yang sakit parah di rumah sakit.
Jiwa besarnya selalu tergugah kala orang-orang menelfonnya untuk dimintai tolong. Jika si pasien masih bisa berjalan, ia mengantar menggunakan sepeda motor. Sebaliknya, jika parah, ia antar dengan mobil pribadi tanpa meminta biaya transportasi.
“Hidup manusia hanya sementara. Kalau kita tidak bermanfaat untuk orang lain, apa gunanya? Sisa hidup ini saya gunakan untuk bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan, karena mereka tidak memiliki keluarga dan tidak ada yang menolong,” – halaman 37
Yayasan KEBAYA (Keluarga Besar Waria Yogyakarta) adalah rumah aman bagi ODHA (Orang Dengan HIV AIDS). Di dalamnya, solidaritas benar-benar diwujudkan atas nama kemanusiaan. Sebagaimana kita sadari, selama ini, waria kerap didiskriminasi. Mereka kerap dihina, dicaci dan seakan-akan tidak memiliki tempat di lingkungan.
Oleh karena itu, bila Anda ingin menyelami kemanusiaan pada diri mereka yang terpinggirkan. Ingin menyelami kemanusiaan yang selama ini jarang muncul ke publik, maka tak ada salahnya mengoleksi karya Masthuriyah Sa’dan ini.
sumber : penikmat buku Nurillah A. https://yoursay.suara.com
One thought on “[Buku] Solidaritas Waria Yogyakarta: Solidaritas dan Kemanusiaan Tanpa Memandang Gender”