Sabtu, 14 september 2019, menghadiri diskusi bedah buku ‘Penafsiran LGBT’ tulisan Prof Imanuel Gerit Singgih di UKDW Yogyakarta. Acara yang berlangsung sekitar 5 jam berlangsung alot dan lancar dengan guyonan segar dari para pembicara. Selain Prof. Gerit, hadir KH. Husen Muhammad pimpinan Fahmina Institut Cirebon, Pdta Seno GKJ Sawo Kembar, Mas Azis Anwar CRCS UGM. Acara dipandu oleh theolog, peneliti dan fasilitator handal Mas Andreas. ada dua hal yang digaris bawahi oleh Prof. Gerit dalam ulasan bukunya. Pertama: membaca kitab suci dengan hermenetik, sebuah pemahaman secara utuh tentang makna tekstual dengan menggali falsafah terminologi istilah yang seringkali masih kelindan sehingga jika tidak cermat, atau hanya berdasarkan makna harafiah akan berbeda dalam penafsirannya. Kedua: skala waktu & hegemoni kekuasaan telah membawa perubahan implikasi pada makna kitab secara tektual, sehingga perlu penggalian makna yang lebih arif agar kitab suci dapat mengakomodir semua dinamika & fakta perbedaan empirik perjalanan hidup manusia secara orientasi sexual & identitas gender agar dapat memilah mana yang secara kodrati & mana yang terbentuk karena konstruksi sosial. Kyai Husein Muhammad memandang bahwa Allah menciptakan manusia dengan bermartabat dan sebaik- baiknya umat adalah yang paling bertaqwa. Dasar untuk mentafsir firman secara textual adalah memahami kontektual masalah, universal & adil. Pdta Seno GKJ Sawo Kembar juga menegaskan tugas utama pendeta menyampaikan firman & menyebarkan cinta kasih tanpa klaster umat. di Yogyakarta seringkali GKJ Sawo Kembar memfasilitasi kegiatan sosial, pemberdayaan maupun ibadah dari rekan-rekan komunitas minoritas seperti yang tergabung di Komunitas Eben Ezer, semua itu sebagai bentuk penerimaan kalangan gereja terhadap keberagaman umat, meskipun tidak dipungkiri masih ada perspektif yang berbeda dan kita terus belajar untuk menghormati keberagaman. Mas Azis Anwar CRCS menyebutkan banyak hal yang diangkat secara berimbang.
